Mengenang 10 tahun Tragedi Madiun, 10 April 2005
Met Bloed, Zweet en Traan! (dengan darah, keringat dan airmata!) Suporter Feyenoord Rotterdam akan bersumpah setia dan berkorban ketika timnya berhadapan dengan musuh bebuyutannya, Ajax Amsterdam.
Jargon semacam itu pula yang membawahi ribuan Aremania tandang ke Madiun untuk mendukung Arema menghadapi Persekabpas Pasuruan 10 April 2005. Alih-alih datang ke stadion untuk mendukung tim kesayangannya bertanding. Hari itu juga Madiun menjadi medan perang antar suporter.
Alhasil 2 orang suporter Aremania terpaksa berpulang ke pangkuan Tuhan YME dalam perjalanan menuju ke Stadion. Selain itu puluhan Aremania berdarah-darah akibat lemparan bom molotov dan batu dari suporter lawan. Tahun itu akan kita ingat sebagai tahun duka bagi Aremania.
Apa yang dialami Aremania di Madiun lebih dari sebuah tragedi. Peristiwa yang terjadi tempo hari lalu bisa dibilang adalah sebuah korelasi antara militansi dan fanatisme. Siapapun tahu Aremania sukses menggabungkan militansi maupun fanatisme kedalam kreatifitasnya dalam mendukung Arema. Ketika silang kepentingan beradu akan terbentuk equilibrium yang berujung konflik. Hal inilah yang berusaha dicegah dalam konflik berdarah di Madiun. Namun apa daya terkadang tindakan yang dicanangkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan.
Ambil sudut pandang positif dalam tragedi Madiun tersebut. Apa yang dilakukan Aremania murni sebagai wujud kecintaan terhadap Arema. Seperti yang diuraikan oleh penulis lainnya, Arema ibarat optimisme dan ruh masyarakat Malang. Kemenangan membawa warga Malang seperti baru merayakan timnya menjadi Juara Dunia. Sebaliknya seri ataupun kalah berarti kehilangan sepersekian dari nyawa masing-masing individu.
Arema sebagai pembawa jiwa optimisme adalah tempat menggantungkan asa bagi Aremania. Kemanapun berlaga akan ada Aremania yang mengiringi. Jargon Arema tidak kemana-mana tetapi ada dimana-mana semakin mengokohkan konseptualitas bahwa kerelaan untuk mendampingi Arema tidak hanya sekedar ungkapan dari lubuk hati.
Arema sukses menyuguhkan citra heroisme dan fanatisme menuju kemenangan. In finem omnia! Secara harfiah filosofi ini berarti mengerahkan segala cara untuk mencapai puncak. Dalam dunia sepakbola lekat sekali dengan filosofi ini khususnya bagi Aremania. Untuk mewujudkan Arema sebagai Jawara salah satunya dengan support meskipun ribuan kilometer jaraknya.
Di negara ini nyawa dipandang seharga kepingan rupiah saja. Padahal raga yang terkubur itu mempunyai jiwa. nilaipun tidak bisa disetarakan dengan gundukan uang berbukit-bukit. Sebagai Aremania kita merasa hati ini pedih tatkala teman seperjuangan meninggalkan kita lebih dulu. Mereka akan tetap ada dan terpatri dalam jiwa raga Aremania. Mereka akan selalu ingat bahwa Arema ada dalam diri mereka. Tinggal bagaimana komponen Tim Arema ini selalu mengingatnya bahwa Aremania akan selalu berada dalam sisi mereka. Menjadi Jawara tidak harus mengorbankan nyawa suporternya setiap tahun.
Semoga Tragedi ini tidak terulang!!
Untuk yang selalu dikenang, Sam Abdul Rochiem dan Mat Togel. You always became part of Arema and Aremania. Hari ini kami tengadah untuk mendoakan rekan kami tercinta. Semoga arwahnya diterima oleh Allah SWT.
(Edder_widgin ; Foto by : Sam Joko) artikel by wearemania. SalamSatuJiwa